Rabu, 12 Juni 2013

“TENTANG LILIN DAN LAKI-LAKI INDAHKU”

Seperti yang kamu tahu, bahwa aku bukanlah seorang penulis,
Apalagi sastrawan besar.
Aku tidak berbakat untuk menulis kata-kata indah
Seindah sajak Kahlil Gibran.
Aku hanya dapat menulis keindahan yang aku lihat,
dengan mataku sendiri.
KAMU.
Kata sederhana yang dapat kukembangkan menjadi banyak keindahan.
Ya, INDAH. Begitulah kata yang tepat yang selalu aku katakan
untuk menggambarkan seseorang seperti kamu.
Pernahkah aku berkata kepadamu, bahwa aku suka sekali dengan “LILIN”?
Jika iya, Pernahkah aku menjelaskan alasannya?
Seorang anak penakut sepertiku wajar kalau aku suka sekali terhadap benda kecil itu.
Setiap mati lampu, saat umurku masih kecil, aku sangat bergantung pada cahaya kecil itu.
Namun,
Pernahkah kamu perhatikan?
Cahaya kecil itu dapat menerangi 1 ruangan yang cukup besar.
Membuatku tidak takut lagi akan gelap.
Saat remaja, lilin kebanyakan dianggap menjadi 1 titik ukur akan “keromantisan”.
Candle Light Dinner. Sebatas itulah remaja menilainya.
Namun sekarang, saat aku dewasa, aku mempunyai pandangan lain tentang lilin.
Lilin adalah kamu,
benda kecil yang sederhana dapat mempunyai arti yang besar
bagi seseorang yang sedang dalam kegelapan,
yang membutuhkan setitik cahaya untuk dapat melangkah kedepan.
Terdengar klasik bahkan gombal.
Namun aku tetap suka dengan benda sederhana itu.
Cahayanya teduh,
Tidak terlalu menyilaukan,
Tidak juga terlalu minim penerangan.
Cahayanya pun harus dijaga dari angin yang akan membuatnya mati.
Walaupun ia adalah “Api”, ia akan hancur walau dengan selembut hembusan “Angin”.
Jika kita tidak bisa menjaga lilin yang sedang menyala, lilin dapat menghancurkan kita.
Membakar habis isi rumah kita.
Seperti itu pula aku menjaga perasaan kamu yang lembut,
namun tetap terlihat gagah dan berwibawa.
Aku tidak butuh neon, bahkan lampu disko.
Mereka terlalu menyilaukan untukku.
Akupun tidak butuh BINTANG.
Padahal saat aku kecil dulu, aku juga suka sekali pada cahaya mungil itu.
Namun, bintang akan terlihat indah jika ia dilihat dari jauh.
Belum tentu kita dapat menyebut benda itu adalah BINTANG YANG INDAH
Saat kita melihatnya dari jarak yang sangat dekat.
Keindahan bintang hanya bisa dilihat dari jauh, namun tidak dapat kusentuh.
Hanya dapat dinikmati, bukan untuk dimiliki.
Bagiku, bintang melambangkan kemewahan.
Tinggi diatas, indah, namun tidak dapat digapai.
Tapi itupun tidak mengurangi kesukaanku pada bintang.
Karena menurutku kamu adalah bintang.
“BINTANG HATIKU”.
Menyilaukan hatiku, dan tetap indah.
Membuatku selalu kagum saat mellihatmu.
Namun aku hanya berharap,
Aku hanya mempunyai LILIN.
Hal sederhana yang sangat berarti.
Bukan kemewahan tiada henti.
Lilin mengajarkanku arti kebersamaan.
Lilin tidak akan hidup tanpa ada api yang menyulutnya.
Untuk itu ia tetap membutuhkan batang korek api.
Sama seperti kita yang saling membutuhkan.
Lilin mengajarkanku untuk saling menjaga.
Lilin mengajarkanku pentingnya kelembutan.
Lilin mengajarkanku arti kesederhanaan.
Suatu hal indah dan besar bukan melulu didasari dengan kemewahan.
Lilin yang selalu disepelekan oleh orang-orang ber-genset,
Ternyata masih dibutuhkan,
Olehku...
Sama sepert kamu.
Kamu mengajarkanku kesederhanaan yang dimiliki oleh lilin.
Kamu memberikan titik terang saat aku hampir tidak tahu jalan keluar.
Dan kamu memancarkan aura yang tidak berlebihan,
Namun tetap MENGAGUMKAN.
Kini aku tidak takut lagi akan gelap.
Karena aku memiliki satu lilin yang indah.
Yang selalu menerangiku dengan caranya sendiri.
Menuntunku dari kegelapan,
Agar tidak terlalu terpuruk dan menyerah pada gelap.
Dan selalu membuatku kagum dan bangga karena
MEMILIKINYA.
Semoga aku pun dapat menjadi LILIN untukmu
Menjadi penerang kecil dalam hidupmu
Sebagai penuntun jalan keluar dari kegelapanmu
Dan menjadi,
Sebagian besar dari bahagiamu.
Saat sinar kecilku terpancar untukmu.
Salam hangatku,
LILIN yang siap menerangimu,
DIDIT, LAKI-LAKI INDAHKU...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar